Mengapa anjing saya harus divaksin rabies?

Cerita ini adalah pengalaman saya sebagai tim vaksinasi rabies ketika mengikuti program Kementrian Pertanian yang bekerjasama dengan FAO dengan lokasi Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Banyak masyarakat Sukabumi yang memiliki anjing. Sebagian besar anjing yang dimiliki adalah anjing berburu dengan ras domestik. Kultur atau budaya setempat memelihara anjing berburu membuat kedekatan anjing dengan keluarga pemiliki menjadi sangat dekat. Anjing tinggal di lingkungan rumah, sebagian kecil anjing diikat dan sebagian besar dilepaskan. Anjing-anjing yang tinggal di sekitar manusia menjadi ancaman tersendiri karena anjing merupakan salah satu dari hewan penular rabies. Anjing memiliki sifat perlindungan diri dengan menggigit sehingga penularan rabies sangat besar dari anjing. Di Kabupaten Sukabumi sendiri masih ada kasus orang meninggal akibat gigitan anjing yang positif rabies. Perlu dilakukan pencegahan untuk menangani kasus rabies di Kabupaten Sukabumi, salah satunya dengan vaksinasi. Program vaksinasi akan membentuk kekebalan kelompok di lingkungan masyarakat, dengan 70% hewan tervaksin maka kasus rabies diharapkan dapat menurun.

Kegiatan vaksinasi yang saya ikuti dilakukan di dua kecamatan yang memiliki populasi anjing cukup banyak, yaitu: Kecamatan Cikembar dan Nyalindung. Dari kedua kecamatan tersebut selanjutnya dibentuk tim vaksinator di tiap desanya. Kelompok vaksinator terdiri dari 4 mahasiswa kedokteran hewan dari IPB dan 2 pendamping dari desa serta 2 dari Dinas Peternakan Kab Sukabumi. Setiap tim dibekali dengan vaksin rabies dengan dosis yang telah disesuaikan dengan populasi anjing di desa tersebut. Selain itu vaksinator juga dibekali: spoit, needle, kartu vaksinasi dan collar. Vaksin yang digunakan adalah merk Rabisin® dengan dosis per hewan 1 cc. Setiap hewan diberi buku vaksinasi yang dilengkapi dengan identitas hewan, identitas vaksin dan nama vaksinator. Fungsi buku vaksinasi tersebut untuk pegangan pemilik agar mengetahui informasi tentang vaksin dan jadwal vaksinasi berikutnya, yaitu 1 tahun kemudian. Hewan yang telah divaksin diberi collar yang berfungsi sebagai penanda bahwa hewan telah telindung dari infeksi rabies. Di akhir kegiatan semua data pemilik, jumlah anjing dan umurnya dikumpulkan menjadi satu. Anjing yang berumur di bawah 2 bulan harus divaksin lagi 3 bulan setelah masa vaksinasi pertama.

Ada banyak tantangan yang kami hadapi selama menjadi tim vaksinasi di lapangan. Tidak hanya anjing yang galak, namun juga ada beberapa kendala lain seperti pemilik yang sedang tidak ada di rumah sehingga susah untuk menghandle anjingnya, pemilihan hari yang kurang tepat karena pada Sabtu dan Minggu banyak masyarakat yang pergi berburu serta susahnya mencari warung yang menjual es batu untuk mengisi ulang cool box agar suhunya terjaga. Meski banyak tantangan yang kami hadapi, namun kami tak lekas kunjung patah arang target populasi dapat tercapai dan penerimaan masyarakat atas adanya program vaksinasi rabies juga cukup baik. Informasi mengenai pentingnya vaksinasi rabies di anjing sudah banyak diketahui warga. Sebagian warga masih menyimpan buku vaksin dari vaksinasi periode sebelumnya. Selain itu banyak pemilik yang telah memberi nama anjingnya sehingga mempermudah proses pendataan.

Ketika evaluasi kegiatan dokter hewan setempat bercerita kepada kita selaku mahasiswa bahwa dulu masyarakat di Sukabumi masih banyak yang percaya bahwa vaksinasi berbahaya bagi anjing mereka karena memberi dampak anjing lemas ketika berburu. Namun dengan usaha seperti pendekatan ke komunitas berburu, pegawai dinas lebih mudah mensosialisasikan program vaksinasi. Sekarang, sebagian besar masyarakat telah bersedia jika anjing divaksin dan tau dampak positifnya. Saya sangat mengapresiasi usaha dinas setempat yang mempu mengatasi tantangan di lapangan dengan pendekatan sosial budaya sehingga tidak ada penolakan yang bersifat anarkis dan programpun berhasil dilaksanakan. Target dari kegiatan ini adalah Indonesia bebas rabies 2030, perlu kerjasama dari berbagai pihak untuk mensukseskan target tersebut. Tidak hanya pemerintah namun juga masyarakat dan mahasiswa harus ikut serta agar berhasil sesuai target.

Semoga tulisan saya bermanfaat dan mampu menjadi inspirasi bagi anda sebagai pembaca bahwa vaksinasi rabies sangatlah penting. Jangan ragu untuk pergi ke uskesmas atau rumah sakit setempat jika anda tergigit oleh anjing. Pertolongan pertama adalah dengan mencuci luka menggunakan sabun selama 15 menit. Kemudian bawalah ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan serum anti rabies yang dilakukan 3 tahap. Dua kali suntukan saat pertama, lalu diulang pada hari ketujuh dan ke-21. Anjing yang telah menggigit dan dicurigai rabies harus diisolasi dan dilaporkan ke dinas peternakan ataupun kesahatan hewan setempat untuk ditangani lebih lanjut.


Sekian.

Dokumentasi:

Vaksinasi rabies

Pemberian collar

Pendataan di lapang

tim vaksinator, tim KIE, Dinas Peternakan Kab Sukabumi, Kementrian Pertanian dan FAO

Comments

Popular Posts