Bad Consumers, Mungkin Anda Salah Satunya!

Dibenak kita mungkin belum terpikirkan ada istilah konsumen baik dan buruk. Kebanyakan yang sering disorot lebih pada produsen yang baik atau buruk saja. Padahal sebagian besar produk di pasar yang beredar sangat bergantung pada selera konsumen. Apa artinya semua ini? Ya maknanya kita sebagai konsumenlah yang menentukan kualitas dan kuantitas suatu produk.
Menjadi konsumen yang baik merupakan terobosan baru dalam gaya hidup modern untuk meningkatkan kualitas produk yang kita konsumsi. Seperti apa bentuk tindakan konsumen yang baik itu? Salah satunya dengan bersikap kritis terhadap apa saja yang kita gunakan dan mencari tau apa dampak lingkungan dari kegiatan konsumsi kita. Tak banyak yang tau diantara kita apa saja bahan dalam sampo yang kita gunakan, tak banyak yang tau makanan yang kita konsumsi bagaimana mengolahnya hingga siap untuk digunakan dan aman dikonsumsi.
Crude Palm Oil atau CPO merupakan salah satu produk olahan kelapa sawit yang selanjutnya akan diproses menjadi minyak goreng. Produk sampingan dari CPO bisa digunakan juga untuk margarine, bakery fats, Chocolate, sabun, detergent, coatings, lubrication, textile oil dan bio desel. Begitu banyak kebutuhan yang berasal dari kelapa sawit dan kita tidak menyadari bahwa setiap tetes konsumsi kita sangatlah berharga. Konsumen seperti kita biasanya hanya berfikir bagaimana memenuhi kepuasan kita tanpa memikirkan apa akibat dari semua itu. Semakin tinggi kebutuhan minyak sawit maka semakin tinggi produksinya. Lahan yang ada untuk menanam sawit terbatas dan membutuhkan perluasan, sehingga hutan-hutan dibabat dan dibakar. Dari manakah asap yang selama ini menyelimuti bumi pertiwi selama ini? Pembakaran lahan gambut merupakan salah satu jawabannya.
Hutan sebagai paru-paru dunia dan rumah satwa liar dibabat dan dibakar demi perluasan lahan untuk perkebunan sawit. Tak sadarkah anda sekalian bahwa setiap makhluk diciptakan Tuhan dengan suatu tujuan? Tapi mengapa kita manusia memusnahkannya begitu saja. Plasma nutfah semakin berkurang dan langka. Mereka tidak hanya memperkanya keanekaragaman hayati namun juga menyeimbangkan ekosistem. Jauh sebelum kita lahir, Indonesia terkenal akan pulaunya yang hijau dan indah, namun sekarang semua tinggal menjadi sejarah. Anak cucu hanya akan mewarisi cerita kebanggan atas nama nenek moyang mereka tanpa tahu apa yang mereka banggakan. Seakan semua tak ada harganya dibandingkan bagaimana cara mengenyangkan perut masing-masing dan memenuhi kantung sendiri-sendiri. Apakah hanya manusia serakah yang dilahirkan di bumi ini? Atau hanya manusia yang tidak peduli yang tersisisa sekarang? Mari kita berkaca dan saling mengingatkan satu sama lain arti penting setiap kehidupan yang ada di sekitar kita.
Mari menjadi konsumen yang baik, beli produk yang baik dan bahan-bahan yang baik. Semua akan kembali kepada kita. Jika tidak sekarang kita mulai untuk menyadarkan diri sendiri dan lingkungan kita lalu kapan? Orang Indonesia merupakan konsumen dengan tingkat kesadaran yang sangat rendah. Jarang sekali ada pelaporan keluhan konsumen terhadap produsen meski telah ada kontak untuk suara konsumen yang tercantum di kemasan produk. Mungkin ini yang membedakan antara Negara maju dan berkembang, yaitu rasa kepedulian dan tindakan kritis. Dua poin itu memang terasa mudah diucapkan namun sulit untuk dilakukan. Kita selalu berasalan jika peduli dan kritis itu merepotkan dan tidak memberi keuntungan, namun dibalik dua poin itu pula kemajuan suatu negri bisa kita lihat. Bukan pendidikan yang menjadi acuan lagi untuk melihat seperti apa tindakan kita. Cukup katakan aku peduli dan aku akan melakukannya untuk kehidupan yang lebih baik, manfaat dari tindakan anda akan diarasakan oleh banyak orang bahkan banyak makhluk hidup lain.


Comments

Popular Posts