big deal of my decision
Bismillah, aku pasti bisa……….
Kenapa, Kenapa dan Kenapa ????
Jadi anak kelas 2 SMA itu paling jengkel kalau mau kenaikan kelas 3. Sudah mulai sering ditanya keluarga dan orang tua mau kuliah dimana, jurusan apa, dan lain-lain. Apa lagi kalau melihat kesibukan mantan kakak kelas yang dulu terlihat super pusing menghadapi UNAS dan SNMPTN. Sebel banget kalau mengingat masa lalu yang suram-suram seperti itu.
Tentor fisikaku tersayang di lembaga bimbingan belajar selalu berkata “UNAS dan SNMPTN itu rasanya berat dan mustahil untuk dilakukan, tapi mau bagaimana lagi, semua itu tetap harus dijalani. Masa harus tinggal kelas 2??”. Benar juga kalau di resapi dalam-dalam.
Tanggal 18 sampai 21 April UNAS telah kujalani.
Tanggal 16 Mei pengumuman UNAS.
Yang terpenting dari semua perjuanganku selama ini adalah harus kemana aku meneruskan kuliah? Memang jauh sebelum UNAS aku telah mendaftar jalur SNMPTN Undangan. BINGUNG, satu kata yang selalu terngiang di otakku. Sampai akhirnya aku memantapkan hati untuk kuliah di IPB dan mendalami ilmu kedokteran hewan.
“Mengapa harus IPB nduk? Itukan jauh sekali, mau bagaimana nanti disana? Nanti aku di rumah siapa yang membantu”itu keluh ibu setiap hari. Beda lagi kalau ayah “Kate ngobati kucing geringe sopo di kene??” (Mau ngobati kucing yang sakit punya siapa kamu di sini?). Ya mungkin sebagian besar keluargaku juga selalu menanyakan alasanku lebih memilih kedokteran hewan dari pada kedokteran umum. Secara, lingkungan rumahku bisa dibilang ndeso, jauh dari kota, dan sulit berkembang. Kucingpun yang ada kucing liar (kucing garong). Hehehe, suram sekali kedengarannya. Tapi seperti itulah gamabarannya.
Pertama aku ingin menjelaskan mengapa aku memilih kuliah di IPB. Hal yang paling mendasar di sini sebenarnya suatu rahasia bahwa meski aku seorang anak perempuan, tapi aku sering mengalami konflik dengan keluarga terutama dengan ibuku. Ibuku orangnya possessive dan super ocusive, complicated deh pokoknya. Jadi intinya seperti pelarian diri dari segala masalah keluarga gitu. Selain itu aku ocus kota Bogor merupakan satu kota yang hijau, tenang, sejuk, dan kodusif untuk belajar. Jadi aku bisa lebih ocus belajar dan mengejar cita-citaku. Tapi alasan yang paling sering aku gunakan dan paling rasional adalah karena IPB satu-satunya institut yang meneyadiakan fakultas kedokteran hewan yang telah berkelas internasional dan diakui oleh kalangan dalam negeri maupun manca .
Ini dia pergolakan batin yang aku alami lebih dari dua bulan, mengapa harus kedokteran hewan??? Tidak ada satu oarangpun di sekitarku yang mendukungku dalam mengambil jurusan ini. Tidak ada sama sekali. Aku memang cukup pintar, jadi semua orang mengharapkan aku mengambil jurusan kedokteran umum. Sampai kedua orang tuaku secara terang-terangan mengatakan bahwa mereka mendoakan aku tidak masuk di kedokteran hewan, tetapi mengikuti kehendak mereka untuk belajar kedokteran manusia. Sungguh keadaan yang sulit untukku. Setiap hari aku meyakinkan diriku sendiri untuk tetap meneguhkan pendirianku. YA INI KEPUTUSANKU, AKU YAKIN BISA SUKSES DAN MENITI KARIR DI KEDOKTERAN HEWAN!
Keburukanku adalah cuek pada lingkungan dan orang-orang disekitarku. Itu merupakan sikap yang aku tunjukkan sejak kecil, sejak bayi bahkan. Bayangkan saja aku selalu diam, malas untuk memikirkan orang lain, apalagi berbasa-basi tentang hal-hal yang tidak penting. Aku merasa memiliki dosa besar karena sikapku itu, oleh karena itu aku ingin membalasnya denga kebaikan yang aku lakukan sebagai pengabdianku kepada bumi tempat aku tinggal, keluargaku, dan semua orang yang pernah berjasa dalam hidupku. Aku terlalu naïf untuk berfikir mengambil profesi sebagai dokter, karena aku mudah jijik dan tidak bisa melihat darah bercucuran. Jadi aku memutuskan untuk sedikit berbelok haluan, mungkin dengan menolong makhluk hidup lain (hewan) aku juga bisa berbuat baik, iya kan? Jadi kenapa tidak aku mengambil kedokteran hewan, lagi pula aku juga menyukai dan menyayangi hewan sama seperti manusia.
Aku tidak banyak bercerita tentang hal yang paling dalam dari diriku kepada orang tua, jadi aku hanya mengatakan kepada mereka bahwa aku paling mantap untuk mengambil kedokteran hewan.
Saat pengumuman SNMPTN Undangan sudah bisa dilihat secara online, aku hanya bisa berdoa “Ya Allah berilah jalan terbaik untuk hidupku, apapun keputusanmu itu merupakan yang terbaik untukku” . Saat aku tahu bahwa aku lolos SNMPTN Undangan dan amsuk di kedokteran hewan, aku hanya diam, antara senang dan tidak. Tapi aku wajib senang, karena aku sendiri yang telah memutuskan nasibku. Orang tuaku terlihat sedikit kecewa, tapi mereka tetap menghormati keputusanku. Mereka selalu mengingatkan bahwa aku harus bisa mempertanggung jawabkan semua keputusan yang aku ambil sekarang!
Sampai waktu setelah pengumuman SNMPTN Undangan aku tetap melanjutkan les intensif untuk SNMPTN Tulis. Sebagai remaja aku ini memeng rada ababil (abg labil), secara tidak ada yang mendukung dan mensupportku, jadi aku sering berfikir untuk ikut SNMPTN Tulis. Tapi bagaimana ya, masuk kedokteran hewan IPB itu juga tidak mudah, apalagi tanpa tes. Jadi kenapa aku harus ragu, aku harus bisa menerima dan belajar dari semua itu. Aku pasti bisa, aku yakin dan aku serius dalam hal ini. Sungguh!
RIZKA AMALIA, FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN IPB 48’
Comments